Perjuangan generasi muda dengan semangat membara sejak dahulu dimanapun berada menjadi identitas yang sangat melekat. Banyak perubahan-perubahan yang sebelumnya tidak mungkin terjadi karena dipegang dan diperjuangkan oleh generasi muda menjadi bisa terjadi. Contoh nyata yang telah terjadi di Indonesia adalah perjuangan generasi muda Indonesia pada masa pra-Sumpah Pemuda hingga sekarang ini.
Perangkap dan Tantangan Generasi Muda Milenial (Kesenjangan, Kata & Perjuangan, Potensi Diri) |
Keinginan dan cita-cita generasi muda selalu didasari dengan sikap idealis yang dimiliki. Jika titik tertentu dari perjuangan yang dilakukan itu sudah tercapai, akan dengan segala usaha mempertahankan terus menerus cita-cita tersebut hingga menjadi kenyataan yang sebenarnya. Namun, terkadang dalam perjalanan mencapai cita-cita idealis tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Cita-cita perjuangan generasi muda untuk menjadikan seluruh rakyat Indonesia sangat banyak mengalami lika-liku dan tantangan sejak awal kemerdekaan. Saat Indonesia diproklarkan, dari generasi muda hingga yang sudah sepuh merasakan kegembiraan luar biasa. Namun setelah itu, ternyata perjalanan selanjutnya sangatlah berat. Pun bisa saja terjadi perjuangan generasi muda berubah menjadi lupa dengan perjuangannya yang identik dengan idealismenya.
Waktu terus berjalan. Dimulai dengan zaman Orde Lama menuju Orde Baru, kemudian zaman Orde Reformasi, hingga di era sekarang zaman demokrasi yang memberikan kebebasan semua orang untuk berpendapat. Generasi muda yang tadinya berusia muda menjadi semakin tua karena perjalanan panjang ini. Dalam prosesnya, sering terjadi perangkap-perangap yang sekaligus menjadi tantangan yang menelan para generasi muda untuk berjuang guna menjadi pelaku-pelaku yang merugikan perjuangan semula ketika masih berusia muda.
Harus menjadi renungan kita semua. Apakah sampai sejauh ini langkah perjalanan yang ditempuh masih dijalur perjuangan seperti dahulu? Ataukah sudah menyimpang jauh dan merugikan perjuangan semula?
Perangkap-perangkap yang terjadi pada generasi muda sekarang sering tidak disadari. Salah satu hal yang dialami hingga saat ini, meskipun sudah memasuki abad milenial 21, adalah aspek perangkat kesenjangan, perangkat kata dan perbuatan, dan perangkap potensi (Rustijono, 1999). Hal-hal tersebut akan dijabarkan pada bahasan berikut.
Generasi muda dalam perangkap kesenjangan
Terjadinya perangkap ini antara generasi muda dengan generasi sebelumnya yang sudah memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi penyebab perjuangan generasi muda semakin sulit untuk diwujudkan. Ketika generasi muda yang selalu berusaha memancangkan kekuatan moral, namun nyatanya belum mempunyai kekuatan yang nyata di masyarakat.
Kekuatannya masih sebatas suara moral yang diteriakkan secara nyaring bila kesewenang-wenangan merajalela terjadi. Jika rakyat sudah tidak bisa berkutik sebab ketakutan yang menyerang, masih ada bagian dari rakyat yang bisa berperan untuk bersuara demi perbaikan-perbaikan, yaitu generasi muda milenial ini.
Dengan usia muda yang dimiliki, ia memiliki prospek dan kesempatan yang baik untuk menjadi pelaku nantinya setelah menyelesaikan pendidikan yang ditempuh untuk tampil dan ambil bagian di panggung dunia nyata, baik dalam bidang politik, intelektual, ekonomi, maupun sosial.
Namun kenyataannya, perangkap kesenjangan bisa menyebabkan semua perjuangan moral generasi muda memudar. Contohnya, setelah kekuatan moral kaum muda berhasil menciptakan awal perubahan-perubahan, untuk selanjutnya yang akan meneruskan perjuangan perubahan tersebut adalah generasi tua yang telah menjadi bagian di tubuh parpol, birokrasi, intelektual, dan lain sebagainya.
Ketika generasi muda kembali lagi ke dunia kampus setelah memperjuangkan sara hati nuraninya dengan sekuat tenaga, generasi muda tidak memiliki kemampuan untuk menggantikan seluruh kekuatan pelaku berbangsa dan bernegara, seperti birokrasi, pengusaha, politisi, dan lain sebagainya. Jika perjuangan moral generasi muda itu hanya menang di awal dan tidak memperoleh kekuatan lanjutan dari generasipelaku bernegara, bisa dipastikan keadaan tidak akan banyak mengali perubahan.
Contohnya, korupsi yang semakin langganan terjadi karena pelaku birokrasi masih tetap orang-orang lama yang memiliki moral tidak nyambung dengan moral perjuangan generasi muda.
Generasi muda dalam perangkap kata dan perjuangan
Banyak generasi muda yang memiliki semangat perjuangan tinggi kelak setelah selesai pendidikan, mempunyai kesempatan menjadi elit dalam berbangsa dan bernegara, serta sukses besar. Di kalangan tersebut, sukses besar dengan tetap setia dalam perjuangannya atau sukses besar dengan lupa pada semangat dan janji perjuangannya dahulu.
Ketika generasi muda yang sukses menjadi pelaku bernegara, contohnya politisi atau birokrat tinggi, sering terperangkap dalam dunia ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan. Hal ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang sangat merindukan perubahan. Secara perkataan dan janji, sangat terdengar sesuai dengan yang dicita-citakan. Tetapi kata-kata yang diharapkan dapat melegakan masyarakat justru pada praktiknya sangat berbeda jauh. Hingga akhirnya pembangunan menjadi anjlok karena di lapangan terjadi banyak sekali penyimpangan yang tidak sesai dengan yang terjadi di atas meja kantor yang terlihat sangat rapi.
Generasi muda dalam perangkap potensi diri
Di sisi lain, kesejahteraan suatu bangsa sering mengalami kegagalan disebabkan kesalahan dalam penataan dan pengelolaan sumber daya manusia. Perangkat potensi diri ini yang sering terjadi adalah jika terdapat jenis pekerjaan tertentu yang terlihat begitu menjadjikan kesuksesannya, namun sebenarnya orang tersebut kurang cocok bahkan tidak cocok dalam pekerjaan tersebut. Hal ini berakibat karir yang sebenarnya dijalani dengan sepenuh hati yang sesuai dengan bakat dan potensi diri, terpaksa ditinggalkan karena mengejar karir lain yang lebih bergengsi.
Contohnya, sesuai potensi akademik dan bakat alamnya, ia lebih cocok menjadi pengusaha, namun karena tertarik gengsi sebagai politisi, maka ia pun terjun dalam dua politik. Sehingga, yang dia jalani sebagai seorang politisi dia jalani setengah-setengah kemampuannya. Karena sebenarnya dia memang kurang cocok terjun ke dunia politik tersebut. Jika saja ia terjun ke dunia usaha, karirnya bisa saja akan jauh lebih cemerlang dan memiliki manfaat yang lebih besar karena memang bakatnya ada di situ.
Jika perjalanan perjuangan suatu bangsa dilakukan oleh yang bukan memiliki keahlian di bidang itu alias setengah-setengah karena banyak terjadi perangkat potensi itu, akhirnya yang harus menjadi pengisi peluang-peluang tersebut adalah orang asing yang memang sudah lebih siap.
Praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih saja terjadi meskipun gerakan generasi muda terus digalakkan, dikarenakan bangsa ini kekurangan pengusaha unggul, kekurangan birokrat unggul, dan lainnya. Kemungkinan yang terjadi pun politisi yang kemampuannya setengah-setengah itu akhirnya merugikan rakyat, jauh lebih sukses seandainya ia menjadi pengusaha sesuai potensi diri yang dimiliki
Hingga akhirnya, jika perjalanan bangsa ini dalam mencapai kebesarannya seperti terseok-seok dan tertatih-tatih, kita perlu menelurusi sepanjang perjalaanan moral generasi mudanya sampai ke perbuatan-perbuatan nyara para pelaku pemangku berpolitik, berusaha, berpikir intelektual, dan sebagainya. Karena bisa terjadim dalam perjalanan yang awalnya begitu bersemangat memperbaiki keadaan, ternyata telah masuk dalam perangkap-perangkap yang dijelaskan di atas.
Semoga bermanfaat!
No comments:
Post a Comment