Meningkatkan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) Siswa Melalui Model Problem Based Learning


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup dan cara berinteraksi, kompetensi dalam dunia kerja, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan mengambil keputusan menjadi tuntutan di abad 21 ini. Oleh sebab itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Salah satu langkah yang sudah seharusnya diterapkan setiap guru di kelas sesuai Kurikulum 2013 Revisi adalah memfasilitasi HOTS dalam setiap pembelajaran. 


Peran aktif guru merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pembelajaran. 
Meningkatkan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) Siswa Melalui Model  Problem Based Learning
Meningkatkan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) Siswa Melalui Model  Problem Based Learning
Namun, sebagian guru masih terbiasa kurang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 Revisi. Siswa tidak banyak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingginya dikarenakan guru tidak memfasilitasi hal tersebut. Padahal guru adalah ujung tombak pembelajaran yang harus mampu merencakan dan melaksanakan proses belajar mengajar yang berkualitas. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa kita sebagai guru memiliki tugas besar bagaimana cara memfasilitasi dan menerapkan proses pembalajaran HOTS di kelas.

HOTS (Hihger Order Thinking Skill) telah dimiliki siswa jika siswa mampu berpikir kreatif, berpikir kritis, mengambil keputusan, memecahkan masalah, melakukan visualisasi, memiliki kemampuan belajar secara mandiri, dan reasoning. Soal yang dapat dikategorikan sebagai soal HOTS merupakan soal yang mengukur tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang tidak hanya sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS ini akan mengukur kemampuan dalam transfer satu konsep ke konsep yang lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari keterkaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, serta menelaah ide dan informasi secara kritis.

Soal HOTS memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut.
(1) mengukur keterampilan berpikir tingkal tinggi yang terkategori C4, C5, dan C6 (menganalisis, merefleksi, berargumentasi, memprediksi, menyimpulkan, mengambil keputusan yang tepat, menemukan, dan menciptakan strategi baru), 
(2) memuat stimulus kontekstual (berbasis kasus) dan menarik (trending topic), dan
(3) soal tidak rutin. 

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun soal HOTS adalah sebagai berikut.
(1) menganalisis Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dilakukan karena tidak semua KD dapat dibuat model soal HOTS. 
(2) Menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal ditulis dengan tujuan untuk membantu guru dalam menuliskan butir soal HOTS. Oleh sebab itu, kisi-kisi dijadikan panduan dalam memilih KD yang dapat dibuat soal HOTS dengan menentukan level kognitif. 
(3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual. Stimulus yang menarik ummunya peristiwa-peristiwa baru atau faktual. Sedangkan stumulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan guru dalam menentukan stimulus yang menarik dan kontekstual merupakan indikator yang paling bermutu. 
(4) menuliskan butir soal sesuai dengan kisi-kisi. 
(5) Membuat pedoman penskoran dan kunci jawaban. Tips menyusun soal HOTS adalah gunakan konteks dunia nyata, berikan pertanyaan yang terkait analisa visual, tanyakan alasan dari jawaban yang diberikan, dan soal pilihan ganda dan soal objektif pun dapat mengukur HOTS, jadi tidak hanya soal esai, 

Kali ini penulis berbagi pengalaman mengenai bagaimana meningkatkan HOTS siswa melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP.

Menurut Arends (Yamin, 2013), Model PBL adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu maupun kelompok, dan mempertegas bahwa situasi masalah yang baik harus situasi autentik yang dikaitkan dengan pengalaman riil peserta didik dan bukan prinsip-prinsip akademis tertentu. Pembelajaran ini menuntut siswa mengerjakan permasalah yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan penemuan dan keterampulan tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. 

Pembelajaran ini sejak awal dihadapkan suatu masalah kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Ciri-ciri khusus Model PBL yaitu pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan anta disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkannya, serta kolaborasi. Model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang mengembangkan keterampiran berpikir siswa dalam memecahkan masalah.

Dalam menerapakan Model PBL di kelas terdapat lima tahapan. Penulis akan mendeskripsikan tahapan-tahapan tersebut saat belajar matematika di Kelas VIII SMP dengan tujuan pembelajaran Melalui model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran diawali dengan salam, mengecek kehadiran, dam menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal siswa. Siswa diingatkan kembali konsep dan rumus luas permukaan kubus dan balok, serta menghitung luas permukaan kubus dan balok yang telah dipelajari di SD. Guru juga memberikan motivasi pentingnya belajar materi ini yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tahap I Orientasi Siswa pada Masalah
Pada tahap ini, guru mengajukan permasalahan sebagai langkah awal pembelajaran. Peserta didik mengamati permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang telah didesain guru yang terkategori soal HOTS adalah sebagai berikut.

Nadya Fatira sedang memasukkan koleksi kaset-kaset CD-nya ke dalam kotak berbentuk kubus. Luas setiap kaset CD adalah 50,24 cm persegi yang dikemas dalam kotak mika. Kotak mika berbentuk balok yang memiliki lebar 1 cm, panjang dan tinggi kotak mika tersebut 2 cm lebih panjang dari diameter CD-nya.  Jika luas permukaan kotak kardus 45/2 dari luas permukaan kotak mika tersebut, berapakah panjang setiap tepi kotak kardus tersebut?

Tahap II Mengorganisasi Siswa untuk Belajar
Pada tahap ini, guru menginformasikan peserta didik cara belajar yang akan dilakukan yaitu menggunakan Model PBL dan mengkondisikan peserta didik dalam kelompok dengan anggota 3-4 oran. Kemudian guru membagikan LKPD dan memberikan arahan dan langkah-langkah yang akan dikerjakan.

Tahap III Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok
Pada tahap ini, guru mengamati peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam LKPD. Peserta didik menerjemahkan masalah di kehidupan sehari-hari yang terdapat pada LKPD menjadi masalah matematika dengan menuliskan yang diketahui dan ditanya dari permasalahan yang diberikan.

Peserta didik mengkontruksi ide atau gagasan kelompoknya dari masalah matematika yang dibuat dengan  menggambarkan kerangka kotak mika dan kotak kardus. Kemudian, peserta didik memutuskan ide atau gagasan tersebut ke dalam persamaan matematika dengan membuat model matematika dari informasi yang diketahui seperti membuat model matematika jika panjang kotak mika adalah p, diameter CD adalah d, dan tinggi kotak mika adalah t, buatlah hubungan antara p dan d, serta t dan d. Setelah itu menuliskan hubungan y dan x jika luas permukaan kotak kardus sebesar y dengan luas permukaan kotak mika sebesar x. Selanjutnya menuliskan hubungan y dan x jika panjang rusuk kotak kardus sebesar s dengan luas permukaan kotak kardus yang diperoleh sebesar y.

Peserta didik membuat model matematika yang menyatakan panjang dan tinggi kotak mika, luas permukaan kotak kardus, dan panjang rusuk kotak kardus, serta menghitung diameter kaset CD yang diketahui luasnya. Setelah didapatkan diameter kaset CD, peserta didik mensubstitusikan diameter kaset CD yang telah diperoleh ke persamaan yang menyatakan panjang dan tinggi kotak mika, lalu mengitung luas permukaan kotak mika. Setelah itu, mensubstitusikan luas permukaan kotak mika ke persamaan yang menyatakan luas permukaan kotak kardus. Terakhir, peserta didik mensubstitusikan luas permukaan kotak kardus ke persamaan yang menyatakan panjang rusuk kardus.

Guru membimbing peserta didik dalam penyelesaikan masalah. Peserta didik menginterpretasikan atau menafsirkan solusi dari persamaan yang diselesaikan ke dalam situasi pada permasalahan di kehidupan dunia nyata. Dalam hal ini, peserta didik menuliskan kesimpulan tentang panjang setiap tepi kotak kardus tersebut. Tugas guru sebagai fasilitator  mengarahkan peserta didik yang mengalami kesulitan.

Tahap IV Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Pada tahap ini, peserta didik menyiapkan hasil laporan kerja kelompok mereka berdasarkan LKPD yang dikerjakan secara kelompok. Kemudian beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terkait hasil presentasi yang mungkin ada hal yang belum tepat menurut mereka

Tahap V Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Pada tahap terakhir ini, guru membantu peserta didik dalam mengkaji ulang hasil pemecahan masalah yang telah dipresentasikan, melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Guru juga memberikan penguatan terhadap hasil penyelesaian masalah peserta didik. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan untuk evaluasi. Soal yang dibeikan juga merupakan soal HOTS, yaitu sebagai berikut.

Bapak Topu mempunyai dua peti tua yang berbentuk kubus dan balok. Panjang peti yang berbentuk kubus tersebut 60 cm, sedangkan panjang peti yang berbentuk balok 15 cm lebih panjang dari panjang peti yang berbentuk kubus. Perbandingan panjang, lebar, dan tinggi peti yang berbentuk balok tersebut 3:1:2. Agar nampak baru, Bapak Topu ingin peti tua itu dicat kembali. Pengecatan akan dilakukan oleh Yomusde. Harga pengecatan yang akan dilakukan oleh Yomusde per 10 cm x 10 cm adalah Rp.5000,- (sudah termasuk pembelian cat). Berapakah biaya yang dikeluarkan Bapak Topu untuk mengecat dua peti tua tersebut?

Pada kegiatan penutup, peserta didik dengan bimbingan guru diminta untuk menarik kesimpulan terkait menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Kemudian guru memberikan informasi dan meminta peserta didik untuk membaca pokok bahasan materi yang akan dipelajari selanjutnya, yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari. Guru menutup pembelajaran dengan salam

Saran yang dapat diberikan penulis dalam menerapkan pembelajaran ini, kita sebagai guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola kelas agar waktu pada semua tahapan seimbang dan terlaksana dengan maksimal, pun kita harus memperhatikan kecepatan belajar siswa. Kita juga harus memiliki kreativitas dalam menciptakan suasana yang membuat siswa lebih termotivasi dan semangat saat proses pembelajaran, serta biasakan pembelajaran menjadi student center agar siswa lebih mandiri dan pembelajaran menjadi lebih aktif. Dalam menyusun soal HOTS, guru harus memahami KD, karena tidak semua KD dapat dijadikan HOTS. ) Guru harus pandai memilih stimulus yang menarik dan kontekstua, karena ini merupakan indikator yang paling bermutu.

Semoga pengalaman yang telah penulis ceritakan dapat dijadikan inspirasi guru untuk memberikan soal-soal HOTS kepada siswa pada saat proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa menjadi terbiasa untuk berpikir kreatif, berpikir kritis, mengambil keputusan, memecahkan masalah, melakukan visualisasi, memiliki kemampuan belajar secara mandiri, dan reasoning. Semangat berkarya, semangat menginspirasi!

No comments:

Post a Comment