Dewasa ini dunia disibukkan dengan kemunculan COVID-19 dan segala dampaknya nyaris pada seluruh aspek kehidupan. Hal ini mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Persebaran pandemi yang dengan mudah menyusupi seluruh lapisan kehidupan masyarakat, tak ayal memberi dampak yang begitu terasa. Sejak beberapa bulan yang lalu, pemerintah sudah menerapkan kebijakan-kebijakan penting terkait dengan upaya pencegahan penyebaran virus yang biasa disebut Virus Corona ini.
Salah satu kebijakan penting tersebut adalah pembatasan sosial atau yang belakangan ini dipopulerkan sebagai social distancing. Dalam social distancing ini, seluruh masyarakat dihimbau untuk menjaga jarak satu sama lain sebagai upaya pencegahan penyebaran pandemi. Selain menjaga jarak setidaknya satu meter antar individu, masyarakat juga dihimbau untuk tidak saling bersentuhan langsung.
Apa Bentuk Hormat dan Sayang Ketika Idul Fitri di Masa Pandemi COVID-19? |
Lalu, bagaimana dengan kultur Indonesia yang mengedepankan kesopanan dengan budaya bersalaman ketika bertemu?
Budaya bersalaman sudah menjadi bagian dari kultur Indonesia sejak zaman dahulu kala. Budaya ini hampir selalu mengharuskan dua individu untuk bersentuhan dan menangkupkan sepasang tangan satu dengan yang lainnya sebagai bentuk penghormatan dan kesopanan. Baik yang tua maupun yang muda, dari suku apapun, budaya salaman ini ada dan sudah melekat dengan keseharian masyarakat Indonesia.
Tak hanya dalam keseharian, dalam hari raya terbesar yang diperingati oleh umat Islam yakni Hari Raya Idul Fitri, budaya salaman sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari perayaan hari raya ini. Tradisi sungkeman misalnya, sudah menjadi adat yang tentunya ingin dilestarikan dan diwariskan dari generasi tua ke generasi selanjutnya.
Lalu bagaimana dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri ditengah pandemi seperti ini? Jauh-jauh hari pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan untuk melarang mudik, serta menghimbau agar masyarakat merayakan lebaran dengan berdiam di rumah dan menghabiskan waktu dengan keluarga inti saja. Kebijakan dan himbauan ini bukannya tanpa alasan, karena fakta membuktikan selain Filipina, Indonesia adalah salah satu Negara di Asia Tenggara yang kasus positif COVID-19 terus memuncak tanpa menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Idul Fitri kali ini pula budaya salaman dan sungkeman sebaiknya ditunda hingga keadaan membaik kembali. Tidak hanya untuk mematuhi kebijakan dan himbauan pemerintah, namun juga sebagai bentuk dan bukti kasih sayang kita terhadap keluarga dan sanak saudara.
Bagaimana mungkin dengan tidak salaman kita malah membuktikan rasa hormat dan kasih sayang kita?
Dengan tidak bersalaman dan sungkeman, kita mengurangi resiko penularan virus dan sebagai bentuk antisipasi agar jika kita menjadi carrier atau pembawa virus tanpa kita sadari, kita tidak akan menulari orang-orang terdekat dan orang-orang yang kita sayangi. Di masa pandemi seperti ini, lebih baik menjaga dan berjaga-jaga, dari pada kita melukai dan menjadi penular kepada orang-orang terdekat kita.
Bagaimana kalau kita disangka tidak sopan atau tidak menghormati?
Kita bisa menjelaskan dan memberi pemahaman bahwa bersalaman dan bersungkeman dewasa ini bisa saja membawa bahaya. Selain itu salaman secara umum bisa diganti dengan salaman gaya lain yang tidak mengharuskan bersentuhan langsung. Misalnya dengan menangkupkan tangan di depan dada dan menganggukkan kepala. Banyak ragam salaman yang tidak mengharuskan kita bersentuhan secara langsung yang mungkin bisa diterapkan pada perayaan lebaran kali ini.
Jika bersalaman tidak bisa dihindari, sebaiknya kita selalu menyediakan hand sanitizer atau tempat mencuci tangan agar kebersihan tangan selalu terjaga. Di titik-titik tempat berkumpul yang tidak bisa dihindari, sebaiknya juga disediakan tempat mencuci tangan dengan sabun.
Namun, ada baiknya lebaran kali ini kita menjaga orang-orang yang kita sayangi dengan tidak bersalaman dan tetap dirumah menghabiskan waktu bersama keluarga inti saja. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, mari kita saling menjaga dengan merayakan Hari Raya Idul Fitri tanpa salaman. (MH/TN)
No comments:
Post a Comment