Profil

Benda Sederhana yang Dapat Mengkonstruksi Pengetahuan Siswa Menggunakan Model Generative Learning


Peran aktif guru merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Namun, sebagian guru masih terbiasa berperan sebagai tukang transfer materi pelajaran dan siswa sebagai penerima, sehingga teacher center masih menjadi tradisi. Siswa pun tidak banyak diberi kesempatan dan terlibat aktif mengkonstruksi pengetahuannya, hanya menerima saja informasi yang disampaikan dari guru. Pembelajaran pun menjadi kurang menarik dan materi yang dipelajari mudah terlupakan karena tidak ada sesuatu yang membuat siswa berkesan. Beberapa guru pun beranggapan masih merasa kesulitan untuk menemukan atau menggunakan benda-benda, alat peraga, atau media yang mendukung pembelajaran. Padahal lingkungan sekitar siswa adalah sumber belajar paling berkesan dalam mendukung pembelajaran. 

Beberapa di atas menunjukkan bahwa kita sebagai guru memiliki tugas besar bagaimana cara mengkonstruksi pengetahuan siswa dan memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai media yang paling berkesan dalam belajar.

Kali ini penulis berbagi pengalaman mengenai bagaimana siswa mengontruksi pengetahuannya ketika proses belajar di kelas pada materi jenis-jenis segitiga dengan menerapkan model Generative Learning (GL) didukung dengan alat peraga sederhana sedotan minuman. 
Benda Sederhana yang Dapat Mengkonstruksi Pengetahuan Siswa Menggunakan Model Generative Learning
Benda Sederhana yang Dapat Mengkonstruksi Pengetahuan Siswa Menggunakan Model Generative Learning

Pembelajaran ini berasal dari gagasan Osborne & Wittrock (1985) yang menyatakan bahwa Generative Learning memiliki landasan teoretik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivisme.

GL adalah suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari guru, akan tetapi hasil dari konstruksi yang dilakukan setiap individu melalui pengalaman. Proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa ini bertujuan untuk membangun pengetahuan (memperoleh pemahaman) dengan menghubungkan pengetahuan (pengalaman) yang telah ada sebelumnya dengan informasi yang baru. Siswa diarahkan untuk mengkonstruksi fakta-fakta guna membangun ide tentang fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah, juga membangun strategi agar sampai pada penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Pada pembelajaran ini, siswa dituntut untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya hingga menghasilkan kesimpulan yang tepat.

Dalam pembelajaran ini, peran guru sangat berarti. Guru dituntut sebagai stimulator rasa ingin tahu siswa, membangkitkan dan menantang ide-ide siswa untuk mengemukakan argumen maupun melakukan investigasi, sebagai narasumber yang telah menyiapkan informasi yang memadai baik tulisan maupun verbal ataupun menyusun rencana menggunakan alat peraga yang mendukung dalam proses belajar dikelas, dan sebagai senior co-investigator yang bertindak sebagai model bagi siswa dalam mengajukan pertanyaan, meranjang suatu aktivitas berupa diskusi sehingga timbul sikap saling menghargai siswa terhadap teman sejawat.

Kelebihan pembelajaran ini antara lain: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pemikiran, pendapat, dan pemahamannya terhadap suatu materi yang dibahas dengan mengkontruksi pengetahuannya. Kemudian siswa juga dilatih untuk mengkomunikasikan gagasannya, menghargai gagasan orang lain, serta melatih siswa untuk peduli terhadap apersepsi awal (terutama siswa yang miskonsepsi) sehingga siswa diharapkan menyadari miskonsepsi yang terjadi dan bersedia memperbaikinya.

Menurut Wena (2014), GL terdiri dari empat tahapan. Penulis akan mendeskripsikan tahapan-tahapan tersebut saat belajar matematika materi jenis-jenis segitiga didukung dengan alat peraga sederhana sedotan minuman di kelas.

Pembelajaran diawali dengan salam dan disampaikan tujuan pembelajaran yaitu jenis-jenis segitiga. Kemudian guru memberi apersepsi dengan bercerita tentang bangunan-bangunan yang menggunakan konsep-konsep segitiga, kemudian siswa diminta berkumpul lima siswa per kelompok dan menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan seperti sedotan minuman, penggaris, gunting, lem, kertas karton, penyiku atau busur, dan alat tulis yang telah diberitahukan sebelumnya. Memasuki pembelajaran inti, guru membagikan LKPD dan memberikan arahan materi yang akan dipelajari dan langkah-langkah yang akan dikerjakan.

1. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pembelajaran tingkat sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.

Pada tahap ini, guru menggambarkan sebuah segitiga siku-siku di papan tulis. Siswa mengeksplorasi pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dari gambar tersebut. Dimulai dari bangun apa di papan tulis? Karakteristiknya apa? Beri nama! Titik sudut, notasi dan penamaan sudut, besar sudut-sudutnya? Ditanya sisi miringnya ketika dua sisi lainnya diketahui? Hingga akhirnya menggunakan teorema Phytagoras yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Hal-hal yang menarik, setiap kelompok mulai remind materi-materi yang sudah dipelajari. Ada yang lupa, terus tiba-tiba langsung kembali ingatannya. Anggota kelompok yang sudah bisa pun membimbing dan saling mengingatkan satu sama lain yang belum paham. Kelompok yang dibuat secara acak dengan memperhatikan kemampuan heterogen sangat membantu saat diskusi.

2. Tahap Memfokuskan

            Pada tahap ini, siswa dikenalkan konsep dimana siswa melakukan pengujian hipotesis melalui suatu kegiatan ilmiah atau kegiatan lainnya. Siswa diberikan permalasahan yang memberikan peluang dan merangsang siswa untuk menguji ide/dugaan dengan caranya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan kebutuhan sumber, serta memberikan bimbingan dan arahan.

            Ketika proses pembelajaran, siswa menyiapkan sedotan minuman dan memotongnya menjadi beberapa ukuran, antara lain 6,8,10,12,13 dalam satuan cm. Pertama, membuat segitiga dari sedotan minuman yang berukuran 6,8,10. Kedua, membuat segitiga dari sedotan minuman yang berukuran 8,12,13. Ketiga, membuat segitiga dari sedotan minuman yang berukuran 6,8,12. Kemudian tempelkan masing-masing segitiga yang telah dibuat di atas kertas karton yang telah disiapkan. Amati segitiga-segitiga yang terbentuk dari sedotan-sedotan tersebut. Gunakan penyiku/ busur untuk menguji apakah segitiga yang terbentuk adalah segitiga siku-siku atau bukan. Dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKPD seperti bagaimana hubungan panjang ketiga sisi pada segitiga-segitiga tersebut.

          Pada tahap ini, siswa harus menggunakan dan menghubungkan materi-materi sebelumnya yang telah diperlajari seperti segitiga siku-siku dan teorema Phytagoras saat melakukan pengujian. Guru mengarahkan siswa ke konsep jenis-jenis segitiga. Yang paling menarik pada kegiatan ini adalah setiap kelompok tanpa perintah langsung berbagi tugas. Ada yang sibuk ngukur sedotan, nge-gunting, nge-lem, dan kemudiah melakukan pengujian. Hal ini melatih cara kerja dalam kelimpok. Ternyata siswa pun ada yang masih kebingungan bagaimana cara menggunakan penyiku untuk melakukan pengujian. Namun, karena dari awal setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen, satu sama lain saling membantu dan menjelaskan dari yang belum tahu atau bingung menjadi tahu. Proses pembelajaran di kelas menjadi semakin seru, karena guru memberikan reward bagi yang melakukan kegiatannya paling cepat, tepat, dan benar nantinya. Terakhir pada tahap ini, siswa menuliskan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

3. Tahap Tantangan

      Pada tahap ini, siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman dan menhargai adanya perbedaan pendapat. Guru memiliki peran sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya dikusi lebih terarah.

   Ketika semua kelompok telah merumuskan kesimpulannya masing-masing, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian. Saat presentasi salah satu kelompok selesai, siswa yang lain diminta untuk menanggapi. Pada tahap ini yang paling menarik adalah dari beberapa kelompok memiliki hasil pengujian berbeda-beda. Ada satu kelompok menyimpulkan ketiga segitiga bukan siku-siku. Kemudian ada pula satu kelompok meyimpulkan pertama dan kedua adalah segitiga siku-siku, yang ketiga bukan. Sedangkan empat kelompok yang lain menyimpulkan kemudian yang pertama segitiga siku-siku dan yang lain bukan.

           Diskusi yang dimoderatori guru pun diarahkan untuk menuju konsep yang benar yaitu pertama segitiga siku-siku, sedangkan kedua dan ketiga bukan. Dari sini bisa lebih dipahami beberapa kelompok melakukan kesalahan ketika melakukan pengukuran dan pemotongan sedotan, bahkan salah persepsi dalam melakukan pengujian pada tahap memfokuskan. Tapi setelah mereka menyadari kesalahan masing-masing, semua siswa menyimpulkan hasil pengujian yang benar yaitu pertama segitiga siku-siku dan yang lain bukan. Kemudian siswa dan guru menyimpulkan untuk segitiga ACB dengan panjang sisi-sisi a, b, dan c, jika kuadrat sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat sisi lainnya maka merupakan segitiga siku-siku di C. Jika kuadrat sisi terpanjang kurang dari jumlah kuadrat sisi lainnya maka merupakan segitiga lancip. jika kuadrat sisi terpanjang lebih dari jumlah kuadrat sisi lainnya maka merupakan segitiga tumpul.

4. Tahap Aplikasi

            Pada tahap ini, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah dengan mengaplikasikan konsep barunnya pada hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Saat pembelajaran, siswa diminta memilih dari berbagai segitiga dengan berbagai ukuran, mana yang termasuk segitiga siku-siku, lancip, maupun tumpul. Kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan tentang sebuah bingkai jendela yang terlihat berbentuk persegi panjang dengan ukuran tinggi 408 cm, panjang 306 cm, dan panjang diagonalnya 525 cm. Apakah bingkai tersebut benar-benar persegi panjang? Jelaskan!

        Dengan mengerjakan secara kelompok, siswa berdiskusi dan mengerjakan permasalahan-permasalahan tersebut menggunakan konsep yang baru saja dipelajari yaitu jenis-jenis segitiga. Siswa diminta mengumpulkan hasil jawaban dan membuat rangkuman pembelajaran pada hari itu. Kemudian menginformasikan kegiatan untuk pertemuan selanjutnya dan ditutup dengan salam.

          Saran yang dapat diberikan penulis dalam menerapkan pembelajaran ini, kita sebagai guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola kelas agar waktu pada semua tahapan seimbang dan terlaksana dengan maksimal, pun kita harus memperhatikan kecepatan belajar siswa. Kita juga harus memiliki kreativitas dalam menciptakan suasana yang membuat siswa lebih termotivasi dan semangat saat proses pembelajaran, serta biasakan pembelajaran menjadi student center agar siswa lebih mandiri dan pembelajaran menjadi lebih aktif.

Dengan pembelajaran seperti yang telah diceritakan penulis di atas, pandangan umum bahwa mengkontruksi pengetahuan siswa dapat dicapai maksimal dengan menerapkan model Generative Learning, serta didukung dengan benda-benda sederhana. Guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan dapat menyesuaikan antara tujuan kurikulum maupun materi di buku dengan situasi dan kondisi di lapangan. Semoga pengalaman yang telah penulis ceritakan dapat dijadikan inspirasi guru untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar guna mendukung pembelajaran di kelas, sehingga tidak hanya mampu membuat siswa mengerti, tetapi juga mampu membuat siswanya terkagum-kagum dan berkesan, meskipun hanya melakukan sesuatu yang sederhana. Semangat berkarya, semangat menginspirasi!

No comments:

Post a Comment